Jumat, 05 September 2014

AKU YANG SEBENARNYA

Aku terlahir pada tanggal 11 Agustus 1986 disebuah rumah kayu dipinggiran sawah, dengan bantuan dukun Bayi bernama Mbok Tarisem dengan dialasi irig kemudian bapaku memberikan aku nama JUMA'IN yaitu nama pemberian dari seorang pensiunan tentara perjuangan yaitu Bapak Tarsan.
Beriringnya waktu akupun mulai mengerti yang namanya dunia pada saat aku menginjak umur 2,5 tahun yaitu pada saat ibuku meninggalkan aku untuk sementara menjadi PRT di sekitar Pasar Ikan Jakarta Utara, setiap harinya bapaku selalu menggendongku setiap mau bekerja dan selalu membawaku kemana Beliau bekerja yaitu menjadi tukang Geraji srek, (geraji manual dengan 2 orang) bekerja kepada Bpk Ikhwan tetangga desaku yang notabene beliau adalah juragan kayu.
selain menjadi tukang Geraji, bapaku juga sebagai tukang pembuat arang dari tunggak kayu yang ditebang, setelah arang siap dijual bapaku memikulnya untuk menjual dipinggiran kota kepada seorang pengrajin besi yang namanya Bpk Slamet pada saat jam 3 pagi dengan menempuh perjalanan sekitar 5KM, sesampainya dikediaman Bpk Slamet arangnya bapaku dihargai 10 ribu/pikul.
Dengan beriringnya waktu akupun sakit menahan rindu akan Ibuku, akhirnya Ibuku pulang untuk menjemputku diajak ke Jakarta, namun disaat bapaku mengantarku dan ibuku lalu menaiki Colt Pick Up yang disopiri Ko Ming, aku tak dapat melupakan wajah kerutnya bapaku yang terlihat mulai keriput karena kerja kerasnya demi membesarkan kami. Kemudian tibalah dijakarta turun dari bis DAMRI diterminal Grogol jam 2pagi, kemudian ibuku menawar bajaj untuk mengantarkan kami sampai dirumah majikan ibuku dan akupun masih ingat waktu itu aku diberi uang jajan oleh sopir bajaj tersebut sebanyak Rp200 dengan uang pecahan kertas bergambarkan perahu pinishi berwarna merah.
Setibanya akudirumah majikan Ibuku lalu aku disambut dengan kasih sayang keluarga majikan khusunya Nenek yang sangat terasa menyayangiku, namun apa kehendak aku tetep nggak betah meskipun disamping ibuku, setiap harinya aku hanya menangis minta pulang karena kangenku kepada bapaku.

Kemudian hanya tahan 3minggu akhirnya ibuku mengalah karena melihat kondisiku yang semakin kurus dan semakin menyusahkan ibuku dalam setiap pekerjaan, akhirnya kamipun pulang kampung.

Singkat cerita akupun sudah umur 6 tahun 9 bulan orang tuaku memasukanku kesekolah SD dengan prestasi yang sangat memuaskan dengan Rangking 1 dikelas 1 kemudian naik kekelas 2 menduduki rangking 2 dengan nilai rata2ku 9, kebanggaan orang tua selalu terasa karena aku selalu menjadi siswa yang berprestasi hingga lulus. karena sulitnya ekonomi keluarga yang tidak mampu meneruskan sekolahku, aku terus mendesak untuk sekolah dan menolak keinginan ibuku supaya aku mau bekerja dijakarta akupun bisa bersekolah dengan sekolah di SLTP Terbuka yang masuknya hanya seminggu 3 kali supaya aku bisa mencari rumput buat pakan kambing yang aku maro dari Pamanku, dan sekolah tersebut gratis namun perjalannya hanya bisa naik kendaraan angkutan desa pada saat berangkat saja karena masuk sekolahku jam 1 siang dan pulangnya jam 5 sore, pulang sekolahpun aku harus berjalan kaki dengan menempuh perjalanan sekitar 3 KM dengan jalan menanjak hingga aku sampainya dirumah pukul 8an malam, itupun bukan berarti tanpa rintangan aku harus terus berdebat dengan ibuku sampai2 ibuku mendiamkanku untuk waktu yang sangat lama yaitu sampai aku lulus SLTP, aku mengerti mengapa ibuku mengharapkanku untuk bekerja membantu menopang ekonomi rumah tangga karena sebagian besar anak muda didusunku mereka hanya lulusan SD dan menjadi perantau dijakarta dan mereka pulang membawa uang banyak pada setiap lebaran tiba, singkat cerita setelah aku lulus aku mendapatkan tawaran beasiswa oleh kepala sekolahku namun apadaya bapak dan ibuku berfikir bukanlah biaya sekolahnya yang berat karena dibeasiswa namun karena beratnya biaya operasionalku untuk pulang dan perginya kesekolah dengan setiap harinya harus membawa uang saku minimal 5ribu sedangkan bapaku hanya buruh serabutan dan tukang arang maka yang hanya mendapatkan uang setiap harinya hanya 6ribu akupun memutuskan untuk pergi merantau dijakarta dengan ikut seorang makelar PRT bernama Mbok Sinok, aku berangkat dengan membawa uang 75rb dan untuk membayar bis dll aku habis 50rb, tersisalah uangku hanya 25rb dan baju 2 stel, itulah awalku mulaiku merantau dijakarta.

bersambung...